
Oleh : Gitra
Legiarti
Udara
segar menyelimuti pagi, Maisy duduk di kursi guru sambil mengabsen
siswa-siswinya.”Syukri Hanafi, rapornya jadi dibawa ?”, Tanya Maisy, “Lupa Bu,
besok ya… !”,jawabnya santai. “Lupa… lupa lagi… lagi-lagi lupa…sudah berapa kali
ibuk ingatkan, hah ? Cuma rapormu yang belum ada di saya tau ?”, balas Maisy
naik darah.”Iya tapi kan saya lupa ,Bu…mau gimana lagi”,jawab Hanafi
ringan.”Pokoknya kalau besok kamu tidak bawa juga…orang tuamu yang antar”,ancam
Maisy.”Hah… orang tua? Orang tua saya kan di Jakarta Bu ! “, bantah anak
itu.”Itu urusan kamu, saya tidak mau tau…!”, balas Maisy lagi.Hanafi terdiam.
Maisy
memulai pelajaran, namun ia tak dapat berkonsentrasi karena terlanjur emosi
tadinya.Delapan puluh menit berlalu, “OKe anak -anak , pelajaran kali ini kita
cukupkan sampai disini,minggu depan kita lanjutkan pokok bahasan Alat-alat
Optik, terimakasih… “,Ujar Maisy sambil melangkah meninggalkan ruangan. “Sampai
jumpa Bu…!”, sahut beberapa siswa.Ketika melewati ruang laboratorium Fisika,
dadanya terasa sesak dan ia seperti menahan beban berat di pundaknya.Saat itu
juga seperti ada yang mengikutinya , guru Fisika SMA itu menengok ke
kiri,kanan,depan,belakang…,tak ada orang selain dirinya.Ia mempercepat
langkahnya menuju ruang guru, dan akhirnya sampai juga.
Ia
duduk di kursinya ,lalu terdiam. “Kok Bu Maisy pucat amat ?, kalau sakit sebaiknya izin saja… !”, kata
Widya teman kerjanya, “Mmmm…nggak
apa-apa Bu Wid, saya nggak apa-apa kok…”, balas Maisy.
Tak
lama kemudian terdengar suara seseorang memakai mikrofon dari ruang BK, “
Assalamualaikum ww… Innalillahi wainna ilaihi raji’un… telah berpulang ke
rahmatullah, Ibunda dari Syukri Hanafi , siswa kelas X-1 di Kebun Jeruk
,Jakarta pukul 08.30 WIB tadi pagi.Sekian , terimakasih.Wassalamualaikum ww.
Maisy merasa semakin tidak karuan , keringat dingin mengucur deras saat ia tahu
bahwa orang tua dari anak yang tadi ia marahi baru saja meninggal dunia.
Akhirnya ia memutuskan untuk izin pulang.Setibanya di kos,ia membuka pintu
kamarnya, masuk dan berbaring.
***
Jam
menunjukkan pukul 23.30 WIB, Maisy masih belum bias tidur, rupanya guru muda
itu tak bisa tidur lantaran tadi siang ia sudah tertidur cukup lama. Ia bingung
ingin melakukan apa, akhirnya ia mengambil buku Taujih Ruhiah di meja dam
mencoba membaca kata demi kata.Sekian menit berlalu, ia memandangi semua sudut
, tak sengaja ia melirik ke kaca ventilasi, tiba-tiba…, timbul bayangan putih
di baliknya, makin lama makin jelas, ternyata itu adalah sosok berjubah putih , wajahnya yang hitam, mata cekung dan pucat ,
terlihat begitu jelas.Namun wajahnya seperti menyimpan kesedihan. Maisy mencoba
untuk tetap tenang , dengan gemetar ia menatap sosok itu dengan pasti.Makin
mengerikan …ia mencoba memalingkan pandangan ,lalu menengok lagi , sosok itu
tak tampak lagi, ternyata ia telah bergerak melayang dari ventilasi satu ke
ventilasi lain, makin tinggi tempatnya sekarang, lalu menjauh …dan lenyap.
Maisy
tegang seketika, dalam hatinya… , “Astagfirullah…Astagfirullah…”, ia teringat
Hanafi, siswa yang ia marahi, Ibunya meninggal tadi pagi, mungkinkan sosok
bayangan berjubah putih yang ia lihat barusan adalah arwah beliau ? Apa ia
tidak senang kalau Maisy memarahi anak tunggalnya yang baru ia tinggal mati
itu?
Maisy
melangkah ke kamar mandi , berwudhu , lalu sholat Tahadjud, kemudian kembali
tidur dengan perasaan sedikit tenang.
***
Esok
pagi di ruang guru, Maisy menyelesaikan pekerjaannya memasukkan nilai-nilai
siswa ke buku nilai. Tiba-tiba masuk seorang anak lelaki dengan sesuatu di
tangannya, melangkah mendekati meja Maisy.
“Permisi
Bu…” , sapanya.
“Hanafi?
Ada apa?” , Tanya Maisy penasaran.
“Ini
Bu, rapor yang ibu minta kemaren “.
“Oh
iya Nafi, maaf ya kemaren ibu sedikit marahin kamu, waktu itu ibu lagi kesal
aja Naf…”, hibur Maisy.
“Iya
nggak apa-apa kok bu…”, jawabnya.
“Ehh…
iya Naf… mmm… orang tuamukan baru saja meninggal , kok hari ini masuk sekolah
juga ? “, Tanya guru itu.
“Kata
papa sekolah aja Bu”, jawab Hanafi ringkas.
Sepertinya
ia memang sangat sedih ditinggal mamanya.
“Saya
ke kelas dulu Bu, permisi Bu …”
“Iya
silahkan Naf…”.
Nafi
berjalan menuju pintu keluar dan pergi.
***
Hari
ini hari Sabtu, Maisy bersiap-siap pulang ke Solok, kampong halamannya.Ia
berangkat dengan senang hati karena akan bertemu orang tua serta adik
kesayangannya. Di tengan perjalanan, bus yang ditumpanginya berhenti, jalanan
macet.Ternyata ada pelanggaran lalu lintas, sebuah truk terbalik menimpa
seorang anak muda yang sedang mengendarai sepeda motor .Sopir truknya hanya
luka-luka, namun si pengendara motor tewas di tempat.
“Dia
masih kecil, kira-kira berumur lima belas tahun, kasihan dia , dia kehabisan
darah “, kata seorang saksi mata .Dari kaca jendela bus, Maisy mengintip,
terlihat seorang anak tergeletak tak berdaya, darah segar mengalir dari
tubuhnya.Bus mulai melaju, lebih dekat dengan korban , Maisy kaget, benar-benar
kaget.
“Hanafi…
itu Hanafi… ! “,
Maisy
sangat tak percaya, Hanafi pergi menyusul mamanya.
Bus
terus melaju meninggalkan lokasi kecelakaan , membawa Maisy ke tanah
kelahirannya.
TAMAT
Penulis
Gitra Legiarti



